Salah satu kisah nyata yang dialami penulis yaitu pada hari kamis tanggal 5 agustus 2010 sekitar jam 20:00 WIB penulis ziarah untuk yang ke tiga kalinya ke makam Jambansari dimana Eyang Raden Adipati Arya Kusumaningrat (Adipati Galuh Ciamis ke 3) dimakamkan. "bagian Rundayan Zuriyat H Raden Latif Kusumah" Pada sore hari setelah selesai sholat magrib anak dari kuncen Jambansari yaitu Kang Wira berpesan ke saya, malam ini kamu harus masuk ke makam sendirian, dan jika mendapatkan alamat atau isarah beritahukan kepada saya (Kang Wira) Alhamdulillah jerih payah dan kapeurih selama ini Pada malam itu penulis mendapatkan petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
Wasilahnya langsung memperoleh jawaban dari beliau sendiri. Penulis sendiri menyakini (ILMUL YAKIN, AINUL YAKIN DAN HAKKUL YAKIN) bahwa Eyang H Latif merupakan zuriyat dari beliau dengan memberi ciri/tanda khusus dimana penulis pada saat dibukakan Kasyaf oleh Yang Maha Kuasa penulis dimandikan dengan kembang setaman di Situ Jambansari oleh beliau dan oleh ibu Tejaningrum dan sekaligus pemberian anugerah sebuah nama “CAKRA KUSUMADININGRAT” yaitu CIRI KEMBANG/WANGI YANG MEMANCARKAN CAHAYA KEBANGSAWANAN yang jika dimaknai atau diartikan ciri atau tanda khusus bagi keturunan zuriyat/silsilah dari beliau.
Baca Juga : Kisah Kerajaan Sunda pada masa Kejayaan beserta wisatanya
Setelah melakukan napak tilas dan ziarah ke makam eyang Raden Adipati Arya Kusumadiningrat dilanjutkan ke makam Gunung Galuh/Yasa Ciamis dimana orang tua dari Raden Adipati Arya Kusumadiningrat dimakamkan yang bernama Raden Adipati Adikusuma (Adipati Galuh Ciamis ke 2) dan isteri beliau yang bernama Ni Raden Ayu Gilang Kencana. Dari juru kunci makam tersebut penulis diberikan langsung buku silsilah Raja dan Bupati keturunan dari Prabu Haur Kuning.
Benang merah garis silsilah turunan ataupun zuriyat yang terakhir penulis dapatkan petunjuknya pada tahun 2015 bertepatan pada bulan Ramadhan bahwa zuriyat silsilah dari Eyang H Latif adalah dari Eyang Raden Tumenggung Wiradikusuma/Wirahadikusuma (Adipati Galuh Ciamis 1) yang menikah dengan eyang Raden Ayu Natakomala. Petunjuk itu diperoleh setelah melakukan napak tilas dan ziarah ke makam Bojong salawe yaitu eyang Sanghyang/Maharaja Cipta Permana Dikusuma Prabu Digaluh.
Baca Juga : Kisah Eyang Latif Berawal dari Tumenggung Wirahadikusumah
Jika silsilah dari eyang Raden Tumenggung Wirahadikusuma maka akan sampailah kepada garis turunan dari Eyang Raden Pamanah Rasa/Jaya Dewata/ yang bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Pakuan Pajajaran Prabu Siliwangi yang menikah dengan Ratu Inten Kedaton. Dari garis turunan Ratu Inten Kedaton inilah yang melahirkan generasi Raja dan Adipati Galuh keturunan dari Prabu Haur Koneng sampai dengan eyang Raden Adipati Arya Kusumadiningrat.
Adapun peninggalan benda-benda pusaka leluhur dari eyang Haji Latif pada saat itu dipegang oleh bibi saya yang bernama Ibu Atik Dartika, dan kemudian benda-benda pusaka leluhur pernah disimpan dilokasi makam eyang Haji Latif dan terakhir di simpan di atap Masjid Jami Cinyenang. Pada saat pemugaran Mesjid benda-benda pusaka peninggalan leluhur diambil dan dibawa oleh anak cucu keturunan beliau. Pada tahun 2012 penulis mendapatkan petunjuk melalui alam mimpi ditugaskan untuk mengumpulkan kembali benda-benda pusaka leluhur Cinyenang.
Baca Juga : Cerita Rakyat Fiktif tentang Lutung Kasarung dan dewi purbasari
Sekilas Rundayan Zuriyat H Raden Latif Kusumah serta Pusaka leluhur yang sekarang ada tersimpan dirumah penulis di kampung Cinyenang Adalah : Mahkota/Siger, keris, golok, gobang, Gong, Samara Dunya, kain batik, kayu hoe, kayi cempaka, kendi, kayi kaboa, Kujang Ciung bermata 9 (setelah tak ada lagi yang mengurus benda peninggalan lainnya terbengkalai hingga hilang satu persatu entah kemana).
Wasilahnya langsung memperoleh jawaban dari beliau sendiri. Penulis sendiri menyakini (ILMUL YAKIN, AINUL YAKIN DAN HAKKUL YAKIN) bahwa Eyang H Latif merupakan zuriyat dari beliau dengan memberi ciri/tanda khusus dimana penulis pada saat dibukakan Kasyaf oleh Yang Maha Kuasa penulis dimandikan dengan kembang setaman di Situ Jambansari oleh beliau dan oleh ibu Tejaningrum dan sekaligus pemberian anugerah sebuah nama “CAKRA KUSUMADININGRAT” yaitu CIRI KEMBANG/WANGI YANG MEMANCARKAN CAHAYA KEBANGSAWANAN yang jika dimaknai atau diartikan ciri atau tanda khusus bagi keturunan zuriyat/silsilah dari beliau.
Baca Juga : Kisah Kerajaan Sunda pada masa Kejayaan beserta wisatanya
Setelah melakukan napak tilas dan ziarah ke makam eyang Raden Adipati Arya Kusumadiningrat dilanjutkan ke makam Gunung Galuh/Yasa Ciamis dimana orang tua dari Raden Adipati Arya Kusumadiningrat dimakamkan yang bernama Raden Adipati Adikusuma (Adipati Galuh Ciamis ke 2) dan isteri beliau yang bernama Ni Raden Ayu Gilang Kencana. Dari juru kunci makam tersebut penulis diberikan langsung buku silsilah Raja dan Bupati keturunan dari Prabu Haur Kuning.
Benang merah garis silsilah turunan ataupun zuriyat yang terakhir penulis dapatkan petunjuknya pada tahun 2015 bertepatan pada bulan Ramadhan bahwa zuriyat silsilah dari Eyang H Latif adalah dari Eyang Raden Tumenggung Wiradikusuma/Wirahadikusuma (Adipati Galuh Ciamis 1) yang menikah dengan eyang Raden Ayu Natakomala. Petunjuk itu diperoleh setelah melakukan napak tilas dan ziarah ke makam Bojong salawe yaitu eyang Sanghyang/Maharaja Cipta Permana Dikusuma Prabu Digaluh.
Baca Juga : Kisah Eyang Latif Berawal dari Tumenggung Wirahadikusumah
Jika silsilah dari eyang Raden Tumenggung Wirahadikusuma maka akan sampailah kepada garis turunan dari Eyang Raden Pamanah Rasa/Jaya Dewata/ yang bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Pakuan Pajajaran Prabu Siliwangi yang menikah dengan Ratu Inten Kedaton. Dari garis turunan Ratu Inten Kedaton inilah yang melahirkan generasi Raja dan Adipati Galuh keturunan dari Prabu Haur Koneng sampai dengan eyang Raden Adipati Arya Kusumadiningrat.
Adapun peninggalan benda-benda pusaka leluhur dari eyang Haji Latif pada saat itu dipegang oleh bibi saya yang bernama Ibu Atik Dartika, dan kemudian benda-benda pusaka leluhur pernah disimpan dilokasi makam eyang Haji Latif dan terakhir di simpan di atap Masjid Jami Cinyenang. Pada saat pemugaran Mesjid benda-benda pusaka peninggalan leluhur diambil dan dibawa oleh anak cucu keturunan beliau. Pada tahun 2012 penulis mendapatkan petunjuk melalui alam mimpi ditugaskan untuk mengumpulkan kembali benda-benda pusaka leluhur Cinyenang.
Baca Juga : Cerita Rakyat Fiktif tentang Lutung Kasarung dan dewi purbasari
Sekilas Rundayan Zuriyat H Raden Latif Kusumah serta Pusaka leluhur yang sekarang ada tersimpan dirumah penulis di kampung Cinyenang Adalah : Mahkota/Siger, keris, golok, gobang, Gong, Samara Dunya, kain batik, kayu hoe, kayi cempaka, kendi, kayi kaboa, Kujang Ciung bermata 9 (setelah tak ada lagi yang mengurus benda peninggalan lainnya terbengkalai hingga hilang satu persatu entah kemana).
0 Response to "Rundayan Zuriyat H Raden Latif Kusumah"
Posting Komentar
Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!