Sebagaimana kita ketahui Sunan Kalijaga merupakan salah seorang wali, dan beliau pula terkenal sebagai seorang pujangga dan ahli pikir yang ulung pada/di jamannya. Banyak cerita-cerita, ajaran-ajaran maupun buah ciptaannya yang bila kita kaji mengandung pula filsafat yang dalam.
Baiklah di sini kita kemukakan 6 Legenda dan Filsafat Wali Songo + Maknanya beberapa contoh, misalnya :
1. Diantara Soko Guru, atau tiang yang ada di dalam Masjid Agung Demak, satu diantaranya terdapat daripada soko (tiang) tatal, yaitu yang teruat dari keping-keping kayu jati yang kemudian diikat dengan seutas tali ijuk. Mari kita renungkan, hikmat apa gerangan yang tersembunyi dibalik kenyataan yang zhahir itu?
Tiang tersebut memberikan lambang, bahwa dalam melaksanakan dan menegakkan ajaran-ajaran Islam di bumi tanah air kita ini ataupun di seluruh dunia, umat Islam haruslah bersatu padu. Beliau memberikan pelajaran bahwa di dalam hidup di alam dunia ini, manakah ingin selamat, maka manusia harus berpegang teguh kepada tali Allah yang satu.
Dengan tali Allah yang kuat itu, maka manusia dalam sepanjang hidupnya akan senantiasa selamat.
2. Pada waktu Sunan Kalijaga hendak menetapkan arah Qiblat dari Masjid Demak, dikatakan bahwa tangan kanannya memegang Qa’bah dan tangan kirinya memegang Masjid Demak. Coba kita renungkan apa artinya pernyataan tersebut? Qiblat yang dimaksud itu bisa diartikan iman. Sebab qiblat itu adalah tempatnya orang mukmin menghadapkan mukanya ketika menegakkan sembahyang.
Maka Masjid Demak menjadi perlambangnya orang Islam di tanah Jawa, sementara mustaka Masjid dimaksudkan pemukanya pamong praja. Dengan demikian, keterangan tersebut di atas diartikan, bahwa agama Islam yang bermula timbul di tanah Arab itu harus disesuaikan dengan keadaan masyarakat di Jawa dalam permulaan perkembangannya. Akan tetapi yang dipakai sebgai pedoman ialah Agama Islam yang hak.
Baca juga: Raden Syair Langit | Inilah Sejarah Pilu Syekh Siti Jenar
Karena pada waktu itu telah berdiri kerajaan Islam di Demak, maka dimaksudkan bahwa dalam menjalankan kewajibannya, para pengemudi negara (sultan) dan pemuka agama (para wali) harus berpegang kepada ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya.
3. Mengenai cerita baju Ontokusuma, yang dikatakan bahwa baju pemberian dari Nabi Muhammad SAW kepada Sunan Kalijaga, yang dibungkus dengan kulit kambing. Artinya ialah bahwa baju Ontokusuma itu ialah agama Islam.
Dikatakan bekas pakaiannya Nabi Muhammad artinya dahulu yang membawa agama itu ialah Nabi Muhammad SAW, sementara dibungkus dengan kulit kambing, artinya agama Islam itu sederhana (bhs Jawa: prasaja). Islam di tanah Jawa pada masa itu yang tepat caranya, yang sesuai dengan keadaan masyarakat di sini dan kala itu ialah Sunan Kalijaga. Karena dapat menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakatnya.
Sedangkan yang lain ada yang sudah tinggi pengetahuaan agamanyam ada pula yang dapat diterima oleh akal, bukan peraturan-peraturan yang sukar dimengerti. Baju tersebut dikatakan, dipakai oleh para wali lainnya ada yang sesak, ada yang longgar, akan tetapi yang pas potongannya hanyalah Sunan Kalijaga, arti kiasan diatas ialah, bahwa dalam menyiarkan agama masih sedikit yang cukup artinya tidak kurang dan tidak lebih, tiada longgar dam tidak sesak, hanyalah Sunan Kalijaga.
Artinya beliau dapat menyesuaikan dalam cara penyiaran Islam itu dengan keadaan masyarakat serta adat istiadat mereka.
4. Tersebut suatu cerita, bahwa pada waktu orang-orang yang memeluk agama Budha telah habis, konon dikatakan dalam cerita itu, tinggal lagi seorang yang masig hidup. Namanya ialah Darmokusumo. Dikatakan dia mencari orang yang dapat menunjukkan kematiannya. Darmokusumo tidak dapat mati karena memakai jimat kalimosodo.
Arti kiasan dari cerita ini ialah bahwa yang dimaksud dengan jimat Kalimosodo di sini ialah kalimat syahadat. Artinya darmokusumo yang semula masih beragama Budha itu arulah mati, sesudah mengucapkan dua kalimat syahadat.
Artinya Darmokusumo barulah menjadi orang Islam, sesudah mengucapkan kedua kalimat syahadat.
Darmokusumo di sini yang dimaksud ialah orang Jawa yang pada waktu itu masih beragama Buhda. Sedang mati di sini diartikan, mati dari kepercayaan atau agama lama (Hindu dan Budha). Sehingga diibaratkan bahwa seakan-akan kedua kalimat syahadat itu merupakan suatu jimat yang sakti, oleh karena itu dinamakan jimat kalimusodo.
5. Kemudian dikatakan bahwa Darmokusumo itu mempunyai saudara laki-laki ampat, yang di dalam cerita pewayangan disebut PANDAWA LIMA”, Artinya ialah bahwa rukun Islam itu terdiri dari lima. Yaitu mengucapkan kedua kalimat syahadat, sembahyang, puasa, zakat dan naik haji.
6. Dikatakan, bahwa Seno dan Werkudoro itu memakai kuku ponconoko, hal ini diartikan bahwa setiap orang Muslimin itu apabila sembahyang membaca dua kalimat syahadat, dan jari telunjuknya itu ditunjukkan kemuka, di mana dimaksudkan bahwasannya Tuhan Allah itu hanyalah satu.
Dan demikianlah, cerita atau dongeng-dongeng (legenda yang sebetulnya mengandung filsafat). Jika bermanfaat silahkan di share ke teman-teman kalian dan salam sejahtera.
0 Response to "6 Legenda dan Filsafat Wali Songo dan Maknanya"
Posting Komentar
Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!