Sebelumnya perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa dari beberapa versi mengatakan bahwa dadung awuk yang sudah dijelaskan diatas merupakan teman dari Joko Tingkir atau Jaka Tingkir yaitu yang bernama Mas Karebet dan setelah di angkat menjadi Raja Pajang bergelas Sultan Hadiwijaya.
transit jenazah |
Lima tahun menjabat sebagai Komandan Peleton pengawal istana Sultan, kemudian dinaikkan jabatan menjadi Perwira Pengawal Dalam.
Di pelataran kamandungan siang yang cerah Jaka Tingkir sedang menyaksikan pendadaran prajurit baru, yang setiap awal tahun ada perekrutan prajurit. Alkisah ada seorang pemuda tegap dan kekar bernama Dadungawuk, seorang preman di wilayah Bintara, yang ditakuti masyarakat maupun para prajurit kasultanan.
Sang preman itu baru saja mengalahkan seekor banteng, pada zaman dahulu untuk ujian jadi perwira, harus bisa mengalahkan seekor banteng.
Jaka Tingkir melihat preman tersebut bisa memecahkan kepala Banteng, langsung naik pitam. Dadungawuk diseret keluar dari blabar kawat dan ditantang duel ; "Wajar saja kalau kamu bisa mengalahkan hewan, lawan si Karerbet, bosa ndeso dari Tingkir !"
Panitia penerimaan prajurit baru tak bisa berkutik, hanya diam tercenung saja, karena jabatan Jaka Tingkir, perwira kinasih sang Raja.
Duel antara Jaka Tingkir dan Dadungawuk semakin seru, ratusan jurus sudah terlewati, sudah hampir lima jam bertarung belum ada yang nampak tanda-tanda kekalahan. Dadungawuk, untuk segera mengakhiri pertarungan itu segera meloncat mundur, dan kedua kakinya berdiri sejajar dengan kuda-kuda semakin merendah, kedua tangannya bertelekan diatas tanah, ia rupanya sedang mempersiapkan aji macan liwung, kedua matanya menatap tajam mulutnya menyeringai.
Di tempat yang lain, Jaka Tingkir juga melompat mundur dan hanya berdiri di satu kaki, seperti pendekar pulau Es-nya Kho Ping Hoo, tangan kanan diangkat keatas telapak tangan bagaikan bilah pedang, tangan kiri melipat didada, ia segera mengeluarkan aji Lebur Sakethi.
Keduanya diam beberapa saat (mungkin sedang membaca mantera saktinya) suasana menjadi hening, namun beberapa saat kemudian terdengar lengkingan keras, dan keduanya sudah beradu ilmu, Dadungawuk kepalanya pecah terkena pukulan aji Lebur Sekethi.
Peristiwa menjadi gempar, Perwira pengawal Sultan telah membunuh calon prajurit baru, akhirnya Sultan marah, Jaka Tingkir jabatan Kepala Pengawal di 'copot' kemudian diusir keluar dari istana.
Dengan Perasaan menyesal, namun "Nasi sudah menjadi bubur" Jaka Tingkir keluar masuk hutan lalu kisah Jaka Tingkir bersambung saat kemudian dia berguru pada Ki Ageng Sela, dan Ki Ageng Banyubiru. Sampai sejarah menuliskan Jaka Tingkir menjadi Raja Pajang Sultan Hadiwijaya. (sumber : sastradiguna)
Dadung Awuk yang konon berasal dari Pingit, oleh kerajaan Demak kemudian jenazahnya di pulangkan dengan dikawal utusan resmi kerajaan untuk dimakamkan disana, dan dalam perjalanan Rombongan pengantar jenazah Dadungawuk beristirahat di Jambu Lor ini. Tepatnya di Situs Dadung Awuk ini.
Jika melihat lokasi, dengan ciri-ciri berlokasi di bukit/ gumuk. Dekat dengan sumber mata air dan tanah yang subur. Dugaan kami dulu lokasi ini ada sebuah tempat suci/ peribadatan/ sakral.
Bagaimanapun Kerajaan Demak adalah Kesultanan, namun tentunya kepercayaan yang turun menurun pada masyarakat tak dapat terhapus begitu saja. sehingga wajar bila istirahat setelah perjalanan yang jauh, jenazah Dadungawuk di semayamkan terlebih dahulu di sebuah bangunan suci yang disakralkan oleh masyarakat pada jaman itu.
Berlalunya waktu, pergeseran informasi dan lenyapnya bangunan tersebut ditambah aura mistis yang kuat, atau ada tujuan tertentu...masyarakat sekarang lebih mengenal dengan makam Dadungawuk.
Menuju Lokasi Situs adung Awuk sangat mudah. Dari Jalur Semarang-Yogyakarta, bila sudah berada di Sekitar Jambu Kabupaten Semarang. Cari Saja Toko Syafina. Situs Berada di Dusun Jambu Lor, Kelurahan Jambu Kabupaten Semarang
Dari Arah Semarang, Situs berada di sebelah kanan, Gang kecil di depan toko Syafina:
Kurang 100m, rumah pertama parkir di rumah tersebut
ijin parkir disarankan/ parkirnya dikebun warga atau di halaman warga sekaligus bilang akan ke situs Dadung Awuk
Dari Rumah tersebut, menelusuri jalan setapak di samping rumah tersebut, kira-kira 75m (jalan setapak agak mendaki) lalu sampailah:
Masyarakat mengenal situs ini dengan Makam Dadung awuk, entahlah.. kenapa bisa berubah seperti ini.. menurut kepercayaan warga sekitar, tempat ini memang wingit alias angker, ditambah ada 2 penanda yang nampaknya nisan (karena ada taburan bunga pula).
Bukti wingitnya: "Mau cari akik mas?", tanya seorang warga saat kami jumpai sebelum menuju lokasi. Mentang-mentang demam akik, acchh !!! Distorsi informasi rupanya (meminjam istilah Pak Tri Subekso (pamong Budaya Kab.SMG).
Pertanyaan warga tadi menjadikan sebuah diskusi seru ketika kami diatas....
- Kenapa masyarakat menyebut situs ini makam Dadung Awuk,
- Berada diatas bukit dan dekat dengan sumber mata air juga tanah sekitarnya subur
Dulunya disini terdapat bangunan suci, semacam tempat pemujaan / candi yang oleh warga di masa itu sangat disakralkan... lambat laun, tempat sakral tersebut mendatangkan beberapa macam 'energi' yang kemudian menjadi tempat yang angker.
Dugaan kami, para prajurit kesultanan Demak memutuskan untuk beristirahat sebentar/ transit ditempat ini karena ini juga adalah tempat suci. Karena tentu tidak dapat dilepaskan dengan budaya asli, adat istiadat masyarakat pada masa itu walaupun Islam sudah menyebar pula.
Sisa Batu Candi yang masih nampak :
Mbolang bersama kami lanjutkan di Situs Yoni brongkol. Edisi Kali ini : Gerombolang "MBOLANGER"... : Mas Eka WP, Saya, Eduardus Angga, Gilang, pak Yophie dan Mba Derry Aditya
Situs Dadaung Awuk Jambu Semarang |
Maaf. Ini tulisan saya di blog pribadi semua kok di copas tanpa ijin? Foto dengan watermark 'ssdrmk' terlihat. Kok seperti ini ya.... mohon direspon !
BalasHapus