Nama Sangeh diyakini masyarakat sekitar terkait erat dengan Hutan Pala, yang berasal dari dua kata Sang yang berarti orang dan Ngeh yang berarti melihat, atau orang yang melihat. Konon kayu-kayu Pala dalam perjalanan dari Gunung Agung di Bali Timur menuju perjalanan ke Bali Barat, tapi karena ada orang yang melihat, pohon-pohon tersebut berhenti di tempat yang sekarang dikenal sebagai Sangeh.
Selain terkenal dengan 600 ekor kera abu ekor panjang (Macaca fascicularis) yang jinak, Sangeh juga dikenal karena adanya kawasan hutan homogen seluas 10 hektar berisikan hutan Pala (Dipterocarpus trinervis) yang berumur ratusan tahun, serta adanya Pura Bukit Sari peninggalan Kerajaan Mengwi pada abad ke 17serta adanya Pohon Lanang Wadon.
Masyarakat sekitar menganggap kera-kera di Sangeh sebagai jelmaan Prajurit Putri yang dianggap sebagai kera suci, sehingga keberadaan mereka tak boleh diganggu karena mereka dianggap membawa berkah bagi masyarakat Sangeh.
Seperti layaknya kehidupan manusia Bali, mereka mempunyai 3 kelompok atau Banjar, masing-masing Banjar Timur, Banjar Tengah dan Banjar Barat dimana setiap banjar memiliki pemimpin kelompok.
Dalam kehidupan kelompok para kera juga mengenal persaingan antara pejantan untuk memperebutkan menjadi Raja dan masing-masing kelompok akan memperebutkan wilayah kekuasaan di Bnjar Tengah yang memiliki sumber makanan terbanyak.
Siapapun boleh berkunjung ke tempat ini, kecuali bagi wanita yang sedang haid atau orang yang sedang ditinggal mati keluarganya. Hal tersebut untuk menjaga kesakralan pura yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Sangeh.
Semoga bermanfaat.
0 Response to "Sejarah Singkat; Hutan Sangeh Bali"
Posting Komentar
Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!