Turun Bantayan - Diceritakan setelah menginjak usia dewasa, Raden Walangsungsang mengembara untuk memperdalam ilmu agama Islam sampai ke tanah pesisir muara jati (sekarang daerah Cirebon). Raden Walangsungsang akhirnya bermukim dan menetap di Daerah Cirebon yang kala itu sudah ada pedukuhan yang dipimpin oleh Ki Danu Sela / Ki Gedeng Alang - Alang sebagai Ki Kuwu Cirebon yang pertama dan Raden Walangsungsang sebagai Pangraksa Bumi dengan gelar Ki Cakra Bumi hingga akhirnya diangkat menjadi Ki Kuwu Cirebon yang ke dua dengan bergelar Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana.
Ketika Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana selesai menunaikan rukun Islam yang ke lima, yaitu ibadag haji ke tanah suci Mekah Almukaromah, beliau sempat singgah di Daerah Aceh yang kala itu sedang terjadi panggebug wabah penyakit yang susah disembuhkan. Sultan Aceh memohon kepada Hm Abdullah Iman (Gelar Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana setelah menunaikan ibadah Haji) untuk mendoakan rakyatnya agar terlepas dari panggebug yang terjadi di daerahnya.
Akhirnya Mbah Kuwu Cirebon Anekung Brata bersila di atas batu besar yang dibawahnya banyak ditumbuhi pohon pandan untuk memohon kepada Allah SWT, agar rakyatnya Sultan Aceh bisa terlepas dari panggebug yang sedang dialaminya. Lamanya bertapa di atas batu yang dibawahnya ditumbuhi pohon pandan tersebut, keluarlah Kembang Pundak dari pandan tersebut dengan baunya yang semerbak wangi, menandakan rakyat Aceh bakal terbebas dari panggebug yang menimpamya berkat restu dari Allah SWT.
Sultan dan rakyat Aceh memberinya gelar pada H. Abdul Iman (Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana) dengan sebutan "Ki Sela Pandan" dikarenakan saking kusu'nya tapa sila diatas batu di bawah pohon pandan. H. Abdul Iman / Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana / Ki Sela Pandan, diserahi Putri tunggal Sultan Aceh yang bernama Ratu Nyi Mas Gandasari agar dibawa ke Cirebon untuk dididik Ilmu Agama Islam sebagai anak didiknya langsung.
Dalam perjalananya untuk mengIslamkan daerah sekitar Cirebon, Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana serong menggunakan nama Ki Sela Pandan untuk mengelabui para panglima utusan dari Pajajaran yang sengaja ingin menangkap dan memghalanhi siar Islam supaya agama Islam jangan sampai bisa berkembang pesat di daerah wewengkon Pajajaran kala itu. Pangeran Walangsungsang senantiasa menyebarkan agama Islam dj Daerah Cirebon. Kala itu ia melihat kobaran api di sebuah hutan, ternyata hutan itu sedang dibakar oleh Ki Patih Manik dan akan dijadikan sebuah pedukuhan.
Ki Patih Manik adalah Patih dari daerah Galuh yang mendapat perintah dari rajanya untuk menghambat Pangeran Walangsungsang menyiarkan ajaran Agama Islam di wilayah kekuasaannya. Ketika Ki Patih Manik sedang membakar hutan, oleh Pangeran Walangsungsang semgaja didatangi sembari memberikan uluk saam dan memperkenalkan dirinya dengan nama Ki Sela Pandan dari Cirebon untuk membantu Ki Patih Manik membangun pedukuhan. Namun bukannya Ki Patih Manik menerima ataupun berterima kasih kepada orang yang akan membantunya, malah mengancam Ki Sela Pandan agar tidak menyebarkan agama islam di wilayahnya dan menghetikannya saat ini juga. Mendengar ancaman Ki Patih Manik, Ki Sela Pandan menerangkan bahwa Agama Islam adalah Agama Allah, Tuhan yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Dialah yang patut disembah oleh semua makhluknya. Ki Patih Manik semakin murla mendengar penjelasan dari Ki Sela Pandan, akhirnya terjadilah perang tanding yang tak terbendung antara Ki Patih Manik dan Ki Sela Pandan. Keduanya masing - masing mengeluarkan ilmu kesaktiannya guna mengalahkan lawannya.
Perang tanding antara Ki Patih Manik dan Ki Sela Pandan memakan waktu tidal cukup sehari dua hari, hingga alhiernya Ki Patih Manik tidak dapat menandingi kesaktiannya Ki Sela Pandan dan berlari masuk ke dalam batu.
Melihat musuhnya masuk kedalam batu, Ki Sela Pandan segera melaksanakan sholat sunnah di atasnya dan setelah sholat selesai batu besar tempat persembuyianya Ki Patih Manik itupun terbelah menjadi dua hingga lari tunggang langganh meninggalkan Ki Sela Pandan. Hutan yang tatkala itu dibakar oleh Ki Patih Manik untuk dijadikan pedukuhan oleh Ki Sela Pandan diberi nama Padukuhan Watubelah.
Ki Sela Pandan adalah nama lain untuk nama samaran dari seorang tokoh / sesepuh pendiri Cirebon yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakrabuana. Situs atau tapakannya saat ini berada di Nlok Watubelah Wetan Kelurahan Watubelah Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
Kuta Kosod Tapak Jalak , merupakan tanda yang ada dari bata di Situs Ki Sela Pandan seperti "X" yang sudah ada sejak jaman dahulu ± Abad-14/15 yang dipercaya merupakan rajah tolak bala atau hal negative. kuta sendiri mengelilingi seluruh situs namun saat ini sedikit tertutup oleh cat. keberadaan tanda seperti ini (kuta yang bertanda) hanya ada di beberapa situs saja.. tidak semua situs dinding kuta memiliki tanda seperti ini.
Adapun beberapa peninggalan dan kemungkinan peninggalan berupa :
1. Pasak Masjid Sang Cipta Rasa
2. Cis atau Ujung Tombak
Di Situs yang sudah ada ± sejak Abad Ke-14/15. dahulu Cis atau ujung tombak ini dahulu dipergunakan sebagai ageman atau senjata oleh Ki Gede Sela Pandan yang saat ini berada, terawat, dan tersimpan di Situs Ki Sela Pandan. Cis atau ujung tombak peninggalan Ki Gede Sela Pandan ini walau tak pernah diberikan weaangian namun selalu mengeluarkan aroma bau yang wangi. Panjang objek ± 17cm, lebar ± 2-5cm, usia objek diperkirakan ± 600 tahun. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui deskripsi lengkap mengenai objek ini seperti jenis besi, pamor, dapur, tahun pembuatan, dsb..
3. Keris Tua
Di Situs yang sudah ada ± sejak Abad Ke-14/15. dahulu kemungkinan keris ini dahulu dipergunakan sebagai ageman atau senjata oleh Ki Gede Sela Pandan yang saat ini berada, terawat, dan tersimpan di Situs Ki Sela Pandan. Panjang objek ± 30cm, lebar ± 1-2cm pada ujungnya dan ± 5cm pada bagian pegangannya, usia objek diperkirakan ± 600 tahun. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui deskripsi lengkap mengenai objek ini seperti jenis besi, pamor, dapur, tahun pembuatan, dsb..
4. Batu Nyai Ratu Angga Mulya
Batu peninggalan yang sudah ada di Situs Ki Gede Sela Pandan sejak jaman dahulu yang berwujud seperti wanita menggendong putu atau cucu. Namun belum diketahui pasti jenis batu ini, jika dilihat dari kasat mata seperti batu meteorit. konon sudah beberapa kali dibawa oleh para keturunannya namun kembali lagi ketempat semula atau ke Situs Ki Sela Pandan.
5. Sumur Belik taman Sari
Konon merupakan tempat khusus untuk Ki Sela Pandan dikala membersihkan diri, lokasinya berada disebelah selatan dari Situs Ki Sela Pandan tepatnya dipinggir kali. namun lokasi sumur saat ini selain itu juga berada ditengah - tengah pemukiman atau perumahan. sumur ini masih dipergunakan hingga saat ini oleh masyarakat dan dipercaya dapat membawa karomah atau berkah
Dan beberapa peninggalan yang lain seperti piring pangang, bokor, belati, dsb..
Ketika Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana selesai menunaikan rukun Islam yang ke lima, yaitu ibadag haji ke tanah suci Mekah Almukaromah, beliau sempat singgah di Daerah Aceh yang kala itu sedang terjadi panggebug wabah penyakit yang susah disembuhkan. Sultan Aceh memohon kepada Hm Abdullah Iman (Gelar Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana setelah menunaikan ibadah Haji) untuk mendoakan rakyatnya agar terlepas dari panggebug yang terjadi di daerahnya.
Akhirnya Mbah Kuwu Cirebon Anekung Brata bersila di atas batu besar yang dibawahnya banyak ditumbuhi pohon pandan untuk memohon kepada Allah SWT, agar rakyatnya Sultan Aceh bisa terlepas dari panggebug yang sedang dialaminya. Lamanya bertapa di atas batu yang dibawahnya ditumbuhi pohon pandan tersebut, keluarlah Kembang Pundak dari pandan tersebut dengan baunya yang semerbak wangi, menandakan rakyat Aceh bakal terbebas dari panggebug yang menimpamya berkat restu dari Allah SWT.
Sultan dan rakyat Aceh memberinya gelar pada H. Abdul Iman (Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana) dengan sebutan "Ki Sela Pandan" dikarenakan saking kusu'nya tapa sila diatas batu di bawah pohon pandan. H. Abdul Iman / Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana / Ki Sela Pandan, diserahi Putri tunggal Sultan Aceh yang bernama Ratu Nyi Mas Gandasari agar dibawa ke Cirebon untuk dididik Ilmu Agama Islam sebagai anak didiknya langsung.
Dalam perjalananya untuk mengIslamkan daerah sekitar Cirebon, Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakra Buana serong menggunakan nama Ki Sela Pandan untuk mengelabui para panglima utusan dari Pajajaran yang sengaja ingin menangkap dan memghalanhi siar Islam supaya agama Islam jangan sampai bisa berkembang pesat di daerah wewengkon Pajajaran kala itu. Pangeran Walangsungsang senantiasa menyebarkan agama Islam dj Daerah Cirebon. Kala itu ia melihat kobaran api di sebuah hutan, ternyata hutan itu sedang dibakar oleh Ki Patih Manik dan akan dijadikan sebuah pedukuhan.
Ki Patih Manik adalah Patih dari daerah Galuh yang mendapat perintah dari rajanya untuk menghambat Pangeran Walangsungsang menyiarkan ajaran Agama Islam di wilayah kekuasaannya. Ketika Ki Patih Manik sedang membakar hutan, oleh Pangeran Walangsungsang semgaja didatangi sembari memberikan uluk saam dan memperkenalkan dirinya dengan nama Ki Sela Pandan dari Cirebon untuk membantu Ki Patih Manik membangun pedukuhan. Namun bukannya Ki Patih Manik menerima ataupun berterima kasih kepada orang yang akan membantunya, malah mengancam Ki Sela Pandan agar tidak menyebarkan agama islam di wilayahnya dan menghetikannya saat ini juga. Mendengar ancaman Ki Patih Manik, Ki Sela Pandan menerangkan bahwa Agama Islam adalah Agama Allah, Tuhan yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Dialah yang patut disembah oleh semua makhluknya. Ki Patih Manik semakin murla mendengar penjelasan dari Ki Sela Pandan, akhirnya terjadilah perang tanding yang tak terbendung antara Ki Patih Manik dan Ki Sela Pandan. Keduanya masing - masing mengeluarkan ilmu kesaktiannya guna mengalahkan lawannya.
Perang tanding antara Ki Patih Manik dan Ki Sela Pandan memakan waktu tidal cukup sehari dua hari, hingga alhiernya Ki Patih Manik tidak dapat menandingi kesaktiannya Ki Sela Pandan dan berlari masuk ke dalam batu.
Melihat musuhnya masuk kedalam batu, Ki Sela Pandan segera melaksanakan sholat sunnah di atasnya dan setelah sholat selesai batu besar tempat persembuyianya Ki Patih Manik itupun terbelah menjadi dua hingga lari tunggang langganh meninggalkan Ki Sela Pandan. Hutan yang tatkala itu dibakar oleh Ki Patih Manik untuk dijadikan pedukuhan oleh Ki Sela Pandan diberi nama Padukuhan Watubelah.
Ki Sela Pandan adalah nama lain untuk nama samaran dari seorang tokoh / sesepuh pendiri Cirebon yang tidak lain dan tidak bukan adalah Mbah Kuwu Cirebon Pangeran Cakrabuana. Situs atau tapakannya saat ini berada di Nlok Watubelah Wetan Kelurahan Watubelah Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
Kuta Kosod Tapak Jalak , merupakan tanda yang ada dari bata di Situs Ki Sela Pandan seperti "X" yang sudah ada sejak jaman dahulu ± Abad-14/15 yang dipercaya merupakan rajah tolak bala atau hal negative. kuta sendiri mengelilingi seluruh situs namun saat ini sedikit tertutup oleh cat. keberadaan tanda seperti ini (kuta yang bertanda) hanya ada di beberapa situs saja.. tidak semua situs dinding kuta memiliki tanda seperti ini.
Adapun beberapa peninggalan dan kemungkinan peninggalan berupa :
1. Pasak Masjid Sang Cipta Rasa
2. Cis atau Ujung Tombak
Di Situs yang sudah ada ± sejak Abad Ke-14/15. dahulu Cis atau ujung tombak ini dahulu dipergunakan sebagai ageman atau senjata oleh Ki Gede Sela Pandan yang saat ini berada, terawat, dan tersimpan di Situs Ki Sela Pandan. Cis atau ujung tombak peninggalan Ki Gede Sela Pandan ini walau tak pernah diberikan weaangian namun selalu mengeluarkan aroma bau yang wangi. Panjang objek ± 17cm, lebar ± 2-5cm, usia objek diperkirakan ± 600 tahun. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui deskripsi lengkap mengenai objek ini seperti jenis besi, pamor, dapur, tahun pembuatan, dsb..
3. Keris Tua
Di Situs yang sudah ada ± sejak Abad Ke-14/15. dahulu kemungkinan keris ini dahulu dipergunakan sebagai ageman atau senjata oleh Ki Gede Sela Pandan yang saat ini berada, terawat, dan tersimpan di Situs Ki Sela Pandan. Panjang objek ± 30cm, lebar ± 1-2cm pada ujungnya dan ± 5cm pada bagian pegangannya, usia objek diperkirakan ± 600 tahun. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui deskripsi lengkap mengenai objek ini seperti jenis besi, pamor, dapur, tahun pembuatan, dsb..
4. Batu Nyai Ratu Angga Mulya
Batu peninggalan yang sudah ada di Situs Ki Gede Sela Pandan sejak jaman dahulu yang berwujud seperti wanita menggendong putu atau cucu. Namun belum diketahui pasti jenis batu ini, jika dilihat dari kasat mata seperti batu meteorit. konon sudah beberapa kali dibawa oleh para keturunannya namun kembali lagi ketempat semula atau ke Situs Ki Sela Pandan.
5. Sumur Belik taman Sari
Konon merupakan tempat khusus untuk Ki Sela Pandan dikala membersihkan diri, lokasinya berada disebelah selatan dari Situs Ki Sela Pandan tepatnya dipinggir kali. namun lokasi sumur saat ini selain itu juga berada ditengah - tengah pemukiman atau perumahan. sumur ini masih dipergunakan hingga saat ini oleh masyarakat dan dipercaya dapat membawa karomah atau berkah
Dan beberapa peninggalan yang lain seperti piring pangang, bokor, belati, dsb..
0 Response to "Sejarah Singkat, Ki Sela Pandan Alias Rd Walangsungsan, Silsilah + Pusaka Peninggalannya"
Posting Komentar
Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!