Berbicara tentang sejarah memang tidak pernah lepas dari kepentingan sang penutur serta penulis sejarah. Banyak opini sejarah yang berkembang di masyarakat luas merupakan buah “pelintiran” sejarah. Pelintiran-pelintiran tersebut bukanlah tanpa tujuan, tetapi pelintiran tersebut bertujuan untuk melanggengkan kepentingan sang penutur dan penulis sejarah. Oleh sebab itu, dalam kata pengantarnya KH A Mustofa Bisri mengingatkan kita untuk selalu membaca sejarah tanpa adanya tendensi. Banyak kekacauan yang terjadi di tanah air selalu dikaitkan dengan soal agama, namun bagi Gus Mus, kekacauan tersebut merupakan buntut persoalan akibat adanya kepentingan politik dan kekuasaan yang selalu melibatkan Tuhan untuk melegitimasi kepentingannya.
Dari sinilah sejarah perlu diluruskan.Pelurusan sejarah sangat penting dilakukan salah satunya terhadap Syaikh Abdul Jalil atau yang sering disebut Syaikh Siti Jenar, salah seorang tokoh sufi tanah Jawa abad ke-16 yang dianggap kontroversial. Dianggap kontroversial sebab opini yang berkembang di masyarakat ajarannya distigmakan sebagai bid’ah yang sesat.Memang banyak sekali artikel atau opini lainnya yang beredar, maka dari itu penulis disini mengangkat sejarah singkat mengenai fitnah yang berkembang dijamannya mengenai Syekh Siti Jenar. Jadi, langsung saja yuk kita bahas ulasannya terkait fitnah yang ditujukan kepada Syekh Lemah bang ini.
1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Sejarah ini bertentangan dengan akal sehat manusia dan Syariat Islam. Tidak ada bukti referensi yang kuat bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Ini adalah sejarah bohong. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, halaman 1, cerita yang masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.
"Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang"
Orang juga bertanya
2. Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah Syaikh Siti Jenar adalah bohong, tidak berdasar alias ngawur. Istilah itu berasal dari Kitab-kitab Primbon Jawa. Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat Fana wal Baqa. Fana Wal Baqa sangat berbeda penafsirannya dengan Manunggaling Kawulo Gusti.
Istilah Fana Wal Baqa merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah: Kullu syaiin Haalikun Illa Wajhahu, artinya Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah. Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid Sejati, Tauhid Fana wal Baqa, Tauhid Qur'ani dan Tauhid Syar'iy.
3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum'at, Haji dan sebagainya. Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya, ia berkata, Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari'at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa.
Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir Allah..Allah..Allah dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah ia putus puasa Daud, Senin-Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum'at.
4. Beberapa penulis telah menulis bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing. Bantahan saya: Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing. Jika ada penulis menuliskan seperti itu. Berarti dia tidak bisa berfikir jernih.
Baca juga :
Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun. Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para habaib, ulama, kyai dan ajengan yang terpercaya kewaraannya. Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon. Setelah sholat Tahajjud. Dan para santri baru mengetahuinya saat akan melaksanakan sholat shubuh.
5. Cerita bahwa Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah-tambahi, agar kelihatan dahsyat, dan laku bila dijadikan film atau sinetron. Bantahan saya: Wali Songo adalah penegak Syariat Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syariiah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan [Hifzhun Nasal wal Hayaah]. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah.
Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat. Penghancuran sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) adalah ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara Sunni dengan Syiah, antara Ulama Syariat dengan Ulama Hakikat. Bahkan Penjajah Belanda telah mengklasifikasikan umat Islam Indonesia dengan Politik Devide et Empera [Politik Pecah Belah] dengan 3 kelas:
1. Kelas Santri [diidentikkan dengan 9 Wali]
2. Kelas Priyayi [diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak]
3. Kelas Abangan [diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar]
Itulah sedikit informasi yang saya berikan mengenai beberapa fitnah yang ditujukan kepada syeh lemah bang/brid alias siti jenar. Ambil sisi positifnya dan yang negatif buang jauh jauh. Semoga bermanfaat.
0 Response to "Lima Fitnah Sejarah Kepada Tokoh Sufi Syekh Siti Jenar"
Posting Komentar
Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!