Sunan Kalijaga Atau Raden Mas Said (Part 2)

Menurut adat istiadat atau adat kebiasaan pada setiap tahun, sesudah konprensi besar para wali, di serambi masjid Demak diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan dengan rebana (terbangan) dan menurut irama seni Arab. Hal ini oleh Sunan Kalijaga hendak disempurnakan dengan pengertian yang disesuaikan dengan alam pikiran masyarakat Jawa.
Maka gamelan yang telah dipesan itupun ditempatkan di atas pagengan yaitu sebuah tarub yang tempatnya di depan halaman masjid Demak, dengan dihiasi beraneka macam bunga-bungaan yang indah.

Begitupun dengan gapura masjid yang dihiasi juga, sehingga banyaklah rakyat yang tertarik untuk berkunjung ke sana. Gamelan itupun kemudian dipukunya bertalu-talu dengan tiada henti.

Kemudian di muka gapura masjid, tampillah ke depan podium berganti-ganti para wali memberikan wjangan-wejangan serta nasihat-nasihatnya. Setiap uraian-uraian yang diberikan dengan gaya bahasa yang sangat menarik sehingga orang yang mendengarkan hatinya tertarik untuk masuk ke dalam masjid untuk mendekati gamelan yang sedang ditabuh (dibunyikan).

Dan mereka diperbolehkan masuk ke dalam masjid, akan tetapi terlebih dahulu harus mengambil air wudhu di kolam masjid melalui pintu gapura. Upacara yang demikian ini mengandung simbolik, yang artinya bahwa bagi barang siapa yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kemudian masuk ke dalam masjid melalui gapura (bhsa arab Ghafura), maka berarti bahwa segala dosanya sudah diampuni oleh Tuhan.

Demikianlah salah satu cara perjuangan yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga.

0 Response to "Sunan Kalijaga Atau Raden Mas Said (Part 2)"

Posting Komentar

Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!