Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Penjelasan Lengkap Bagi Kita Islam Turunan mengenai Apaka perlu kita bersyahadat lagi setelah baligh atau dewasa? Ini sebuah Pertanyaan anda dan dengan sendirinya akan terjawab kalau kita perhatikan makna harfiyah kata "syahadat." Apa sih arti kata syahadat itu?
Saya pernah ditanya oleh teman, karena kita hidup di lingkungan orang Islam dan orang tua kita Islam, apakah kita termasuk orang Islam, karena salah satu syarat Islam kan 2 kalimat syahadat? Apabila di dalam shalat kita sering membaca syahadat, termasuk syahadat syarat Islamkah?
Syahadat artinya adalah persaksian. Seorang yang bersyahadat pada dasarnya dia sedang bersaksi. Pertanyaannya: mengapa harus bersaksi? Katakanlah sebagai contoh, mengapa seseorang harus bersaksi di pengadilan? Untuk apa bersaksi atau berikrar di depan hakim?
Jawabnya untuk menegaskan kepada khalayak tentang persepsi, pemahaman, keyakinan serta pendirian dirinya. Tetapi kenapa harus ada persaksian? Karena saat itu belum jelas pendirian seseorang, sehingga orang itu harus bersaksi di depan pengadilan.
Di masa lalu, ketika belum ada satu pun orang yang memeluk agama Islam, setiap kali ada yang masuk Islam, nabi SAW meminta mereka melakukan persaksian ini, yaitu melafadzkan dua kalimat syahadat. Sebagai tanda bahwa mulai saat itu dia sudah pindah agama dan menjadi pemeluk Islam. Pengucapan ini dilakukan untuk menegaskan bahwa seseorang sudah pindah agama, dari agama selain Islam menjadi beragama Islam.
Lalu bagaimana dengan orang yang sudah jadi muslim sejak lahir? Masihkah diperlukan persaksian?
Lagi pula secara aqidah, keyakinan dan fikrah, sudah bisa dipastikan dirinya mentauhidkan Allah dan menjadikan Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul-Nya, serta kesetiaan untuk menjalankan semua perintah Allah SWT. Mengapa seorang yang sejak lahir sudah demikian masih dipertanyakan keIslamannya dengan harus syahadat ulang?
Apakah anak-anak para shahabat nabi, para tabi’in, para ulama salaf dan setiap lapis generasi muslim sepanjang 14 abad itu pernah melakukan proses syahadat ulang, padahal mereka lahir sudah jadi muslim? Jawabnya tidak pernah. Sebab mereka memang sudah muslim, sejak lahir dan selama 24 jam dalam setiap hari dalam kehidupan mereka.
Bahkan ketika mereka pergi ke masjid untuk shalat, itu adalah ‘syahadat’ mereka. Ketika Ramadhan mereka berpuasa, itu adalah syahadat mereka juga. Ketika bayar zakat atau pergi haji ke baitullah, itu adalah syahadat mereka. Lantas buat apa lagi mereka bersyahadat lagi? Adakah pihak-pihak yang meragukan atau mencurigai bahwa orang yang melakukan itu bukan muslim?
Dan anda benar, bukankah tiap shalat kita pasti sudah mengucapkan dua kalimat syahadat. Bukan hanya sekali seumur hidup saja, tetapi setiap hari tujuh belas kali, apa masih kurang?
Syahadat Tidak Harus di Depan Imam
Sebuah cara pandang yang keliru dan sesat adalah bila mensyaratkan bersyahadat di depan imam tertentu, atau pimpinan tertentu dari suatu jamaah. Pemikiran ini tidak datang dari ajaran Islam yang benar, tetapi merupakan hasil rekayasa palsu kelompok tertentu. Mereka menyamakan antara syahadat dengan bai’at. Seolah orang yang tidak berbai’at dengan kelompok mereka, masih belum muslim. Syahadatnya dianggap belum sah, kecuali setelah bersyahadat sekaligus berbai’at dengan kelompok mereka.
Ide harus adanya syahadat ulang buat semua umat Islam, biasanya datang dari kelompok-kelompok yang punya kepentingan tertentu.
Syahadat ulang hanya diberlakukan kepada mereka yang murtad, yaitu ingkar kepada salah satu rukun iman dan rukun Islam, atau melakukan hal-hal yang kongkrit membatalkan syahadat. Itu pun ada perintah penguasa resmi, bukan orang perorang.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh dan Ayat yang menjelaskan mengenai bayi lahir sudah tentu Islam dalam Ar Rum ayat 30 dan terjemahan:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Tafsir Ar-Rum Ayat 30 (versi Jalalain)
(Maka hadapkanlah) hai Muhammad (wajahmu dengan lurus kepada agama Allah) maksudnya cenderungkanlah dirimu kepada agama Allah, yaitu dengan cara mengikhlaskan dirimu dan orang-orang yang mengikutimu di dalam menjalankan agama-Nya (fitrah Allah) ciptaan-Nya (yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu) yakni agama-Nya. Makna yang dimaksud ialah, tetaplah atas fitrah atau agama Allah. (Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) pada agama-Nya. Maksudnya janganlah kalian menggantinya, misalnya menyekutukan-Nya. (Itulah agama yang lurus) agama tauhid itulah agama yang lurus (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui) ketauhidan atau keesaan Allah.
Tafsir dan Penjelasan Tambahan
Dari itu, luruskanlah wajahmu dan menghadaplah kepada agama, jauh dari kesesatan mereka. Tetaplah pada fitrah yang Allah telah ciptakan manusia atas fitrah itu. Yaitu fitrah bahwa mereka dapat menerima tauhid dan tidak mengingkarinya. Fitrah itu tidak akan berubah. Fitrah untuk menerima ajaran tauhid itu adalah agama yang lurus. Tetapi orang-orang musyrik tidak mengetahui hakikat hal itu.
Mutiara Hikmah
Telah menceritakan kepada kami Abu Numan Telah menceritakan kepada kami Hammad Telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Nafi dari Ibnu Umar radliallahu anhu, katanya, Nabi shallallahu alaihi wasallam mengirim sebuah ekpedisi militer ke arah Najed dan aku termasuk dalam pasukan itu, bagian ghanimah kami sebanyak dua belas ekor unta dan kami diberi nafl (pemberian cuma-cuma) masing-masing seekor unta, sehingga kami pulang masing-masing membawa tiga belas ekor unta.
Penutup
Akidah merupakan ilmu yang berisikan arahan pada seseorang tentang kepercayaan yang pastinya wajib dianut oleh tiap individu di dunia. Al Quran mengarahkan aqidah ketauhidan kepada makhluk yaitu memupuk rasa percaya (iman) terhadap Allah yang tunggal yang tidak pernah tidur dan tidak beranak. Iman pada Allah merupakan satu butir rukun iman yang paling utama. Setiap orang yang tak mengimani pada rukun iman disebut manusia kafir.
Saya pernah ditanya oleh teman, karena kita hidup di lingkungan orang Islam dan orang tua kita Islam, apakah kita termasuk orang Islam, karena salah satu syarat Islam kan 2 kalimat syahadat? Apabila di dalam shalat kita sering membaca syahadat, termasuk syahadat syarat Islamkah?
Syahadat artinya adalah persaksian. Seorang yang bersyahadat pada dasarnya dia sedang bersaksi. Pertanyaannya: mengapa harus bersaksi? Katakanlah sebagai contoh, mengapa seseorang harus bersaksi di pengadilan? Untuk apa bersaksi atau berikrar di depan hakim?
Jawabnya untuk menegaskan kepada khalayak tentang persepsi, pemahaman, keyakinan serta pendirian dirinya. Tetapi kenapa harus ada persaksian? Karena saat itu belum jelas pendirian seseorang, sehingga orang itu harus bersaksi di depan pengadilan.
Di masa lalu, ketika belum ada satu pun orang yang memeluk agama Islam, setiap kali ada yang masuk Islam, nabi SAW meminta mereka melakukan persaksian ini, yaitu melafadzkan dua kalimat syahadat. Sebagai tanda bahwa mulai saat itu dia sudah pindah agama dan menjadi pemeluk Islam. Pengucapan ini dilakukan untuk menegaskan bahwa seseorang sudah pindah agama, dari agama selain Islam menjadi beragama Islam.
Lalu bagaimana dengan orang yang sudah jadi muslim sejak lahir? Masihkah diperlukan persaksian?
Lihat Video penjelasan singkatnya dalam garis besar Disini
Jawabnya tentu saja tidak perlu bersyahadat lagi. Mengapa? Sebab dalam kehidupan sehari-hari, semua ciri, perilaku dan penampilannya sudah menunjukkan bahwa dirinya seorang muslim. Karena itu persaksian itu tidak lagi diperlukan. Toh tidak ada kepentingannya lagi.
Lagi pula secara aqidah, keyakinan dan fikrah, sudah bisa dipastikan dirinya mentauhidkan Allah dan menjadikan Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul-Nya, serta kesetiaan untuk menjalankan semua perintah Allah SWT. Mengapa seorang yang sejak lahir sudah demikian masih dipertanyakan keIslamannya dengan harus syahadat ulang?
Apakah anak-anak para shahabat nabi, para tabi’in, para ulama salaf dan setiap lapis generasi muslim sepanjang 14 abad itu pernah melakukan proses syahadat ulang, padahal mereka lahir sudah jadi muslim? Jawabnya tidak pernah. Sebab mereka memang sudah muslim, sejak lahir dan selama 24 jam dalam setiap hari dalam kehidupan mereka.
Bahkan ketika mereka pergi ke masjid untuk shalat, itu adalah ‘syahadat’ mereka. Ketika Ramadhan mereka berpuasa, itu adalah syahadat mereka juga. Ketika bayar zakat atau pergi haji ke baitullah, itu adalah syahadat mereka. Lantas buat apa lagi mereka bersyahadat lagi? Adakah pihak-pihak yang meragukan atau mencurigai bahwa orang yang melakukan itu bukan muslim?
Dan anda benar, bukankah tiap shalat kita pasti sudah mengucapkan dua kalimat syahadat. Bukan hanya sekali seumur hidup saja, tetapi setiap hari tujuh belas kali, apa masih kurang?
Syahadat Tidak Harus di Depan Imam
Sebuah cara pandang yang keliru dan sesat adalah bila mensyaratkan bersyahadat di depan imam tertentu, atau pimpinan tertentu dari suatu jamaah. Pemikiran ini tidak datang dari ajaran Islam yang benar, tetapi merupakan hasil rekayasa palsu kelompok tertentu. Mereka menyamakan antara syahadat dengan bai’at. Seolah orang yang tidak berbai’at dengan kelompok mereka, masih belum muslim. Syahadatnya dianggap belum sah, kecuali setelah bersyahadat sekaligus berbai’at dengan kelompok mereka.
Ide harus adanya syahadat ulang buat semua umat Islam, biasanya datang dari kelompok-kelompok yang punya kepentingan tertentu.
Syahadat ulang hanya diberlakukan kepada mereka yang murtad, yaitu ingkar kepada salah satu rukun iman dan rukun Islam, atau melakukan hal-hal yang kongkrit membatalkan syahadat. Itu pun ada perintah penguasa resmi, bukan orang perorang.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh dan Ayat yang menjelaskan mengenai bayi lahir sudah tentu Islam dalam Ar Rum ayat 30 dan terjemahan:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Download Mp3-nya Disini
Tafsir Ar-Rum Ayat 30 (versi Jalalain)
(Maka hadapkanlah) hai Muhammad (wajahmu dengan lurus kepada agama Allah) maksudnya cenderungkanlah dirimu kepada agama Allah, yaitu dengan cara mengikhlaskan dirimu dan orang-orang yang mengikutimu di dalam menjalankan agama-Nya (fitrah Allah) ciptaan-Nya (yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu) yakni agama-Nya. Makna yang dimaksud ialah, tetaplah atas fitrah atau agama Allah. (Tidak ada perubahan pada fitrah Allah) pada agama-Nya. Maksudnya janganlah kalian menggantinya, misalnya menyekutukan-Nya. (Itulah agama yang lurus) agama tauhid itulah agama yang lurus (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir Mekah (tidak mengetahui) ketauhidan atau keesaan Allah.
Tafsir dan Penjelasan Tambahan
Dari itu, luruskanlah wajahmu dan menghadaplah kepada agama, jauh dari kesesatan mereka. Tetaplah pada fitrah yang Allah telah ciptakan manusia atas fitrah itu. Yaitu fitrah bahwa mereka dapat menerima tauhid dan tidak mengingkarinya. Fitrah itu tidak akan berubah. Fitrah untuk menerima ajaran tauhid itu adalah agama yang lurus. Tetapi orang-orang musyrik tidak mengetahui hakikat hal itu.
Mutiara Hikmah
حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ بَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَرِيَّةً قِبَلَ نَجْدٍ فَكُنْتُ فِيهَا فَبَلَغَتْ سِهَامُنَا اثْنَيْ عَشَرَ بَعِيرًا وَنُفِّلْنَا بَعِيرًا بَعِيرًا فَرَجَعْنَا بِثَلَاثَةَ عَشَرَ بَعِيرًا
Telah menceritakan kepada kami Abu Numan Telah menceritakan kepada kami Hammad Telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Nafi dari Ibnu Umar radliallahu anhu, katanya, Nabi shallallahu alaihi wasallam mengirim sebuah ekpedisi militer ke arah Najed dan aku termasuk dalam pasukan itu, bagian ghanimah kami sebanyak dua belas ekor unta dan kami diberi nafl (pemberian cuma-cuma) masing-masing seekor unta, sehingga kami pulang masing-masing membawa tiga belas ekor unta.
Penutup
Akidah merupakan ilmu yang berisikan arahan pada seseorang tentang kepercayaan yang pastinya wajib dianut oleh tiap individu di dunia. Al Quran mengarahkan aqidah ketauhidan kepada makhluk yaitu memupuk rasa percaya (iman) terhadap Allah yang tunggal yang tidak pernah tidur dan tidak beranak. Iman pada Allah merupakan satu butir rukun iman yang paling utama. Setiap orang yang tak mengimani pada rukun iman disebut manusia kafir.
0 Response to "Pengertian Syahadat 2 Kali + Penjelasan Lengkap Bagi Kita Islam Turunan"
Posting Komentar
Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!