Sunan Giri (RADEN PAKU) atau Syekh Ainul Yaqin (Bab 3)

Selain itu pada artikel yang sudah admin jelaskan mengenai “Kecintaan Sunan Giri Terhadap Kesenian Islami” maka disamping itu juga terkenal pula tembang untuk kanak-kanak yang bernama “ilir-ilir” yang isinya mengandung filsafat serta berjiwa agama. Berikut ini bunyi dari tembang tersebut:
“lir-ilir, lir-ilir, tadure wis anglilir. Sing ijo royo-royo, tak sengguh kemanten anyar. Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno kanggo masuh dodotira. Dodotira-dodotira, kumitir bedah. Ing pinggir, dondomana jrumatana, kanggo sebo mengko sore. Mumpung gede rembulane, mumpung jembae kalangane, ndak sorak hure”.

Adapun maksudnya ialah, demikian: Sang bayi yang lahir di dalam dunia ini masih suci bersih, murni, sehingga ibarat seperti penganten baru, siapa saja ingin memandangnya, “bocah angon” (Pengembala) itu diumpamakan santri, mualim, artinya orang yang menjalankan syariat agama. Sedangkan “blimbing” diibaratkan blimbing itu mempunyai/terdiri dari lima belahannya, maksudnya untuk menjalankan sembahyang lima waktu. Meskipun “lunyu-lunyu” (licin), tolong panjatkan juga, kendatipun sembahyang itu susah, namun kerjakanlah, buat membasuh “Dodotira-dodotira, kumitir bedah ing pinggir” maksudnya kendatipun shalat itu susah, tetapi kerjakan guna membasuh hati dan jiwa kita yang kotor ini. “Dondomono, jrumatana, kanggo sebo mengko sore, dak surak-surak hore”. Maksudnya, bahwa orang hidup di dalam dunia ini senantiasa condong ke arah berbuat dosa, segan mengerjakan yang baik dan benar serta utama, sehingga dengan menjalankan shalat itu diharapkan besuk dikelak kemudian dapat kita buat sebagai bekal kita dalam menghadap kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bekal itu ialah beramal saleh. Itulah diantara lain buah ciptaan Sunan Giri. Mengenai tembang (lagu) ilir-ilir ini.

Adapula yang berpendapat, bahwa itu adalah ciptaan Sunan Giri yang terkenal tetapu mengingat bahwa diantara Wali Sanga. Sunan Giri yang terkenal sebagai seorang pendidik yang gemar menciptakan lagu-lagu kanak-kanak maka besar dugaan kita bahwa lagu tersebut adalah ciptaan beliau juga. Jika tidak, yang pasti ialah bahwa tembang tersebut adalah ciptaan pada jama wali. Apakah benar ciptaan Sunan Kalijaga atau gubahan bersama Sunan Giri, itu adalah soal secundair.

Kemudian sesudah beliau wafat, dimakamkan di atas bukit Giri (Gresik). Setelah itu berturut-turut digantikan oleh Sunan Delem, Sunan Sedam Margi dan Sunan Prapen.

Tatkala Sunan Prapen pada tahun 1597 M wafat, beliau digantikan oelah Sunan Kawis Guwa, kemudian setelah Sunan Kawis Guwa wafat digantikan oleh Panembahan Agung. Pada tahun 1638 M. Panembahan Ageng Giri  diganti oleh Panembahan Mas Witana Sideng Rana. Beliau wafat pada tahun 1660 M. Kemudian atas perintah Sunan Amangkurat I, Pangeran Puspa Ira (Singonegoro) ditempatkan di Giri. Mulai saat Sunan Amangkurat II memegang kendali pemerintahan, Giri maupun Gresik mengalami perubahan yang tidak sedikit. Akibat daripada serangan Amangkurat II yang dibantu oleh kompeni dan akhirnya pada tanggal 27 April 1680 jatuhlah kekuasaan Pangeran Giri ke tangan Amangkurat II.

Maka semenjak itu Giri cahayanya mulai pudar. Hanya tinggal kenang-kenangan dalam sejarah ke bangunan Islam di tanah Jawa.

0 Response to "Sunan Giri (RADEN PAKU) atau Syekh Ainul Yaqin (Bab 3)"

Posting Komentar

Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!